Karash Adventure Indonesia

Gunung Gede merupakan sebuah gunung api bertipe stratovolcano yang berada di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980

Penemuan
Kawasan Gede-Pangrango juga dikenal sebagai salah satu tempat favorit dan tertua, bagi penelitian-penelitian tentang alam di Indonesia. Menurut catatan modern, orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Gede adalah Reinwardt, pendiri dan direktur pertama Kebun Raya Bogor, yang mendaki G. Gede pada April 1819. Ia meneliti dan menulis deskripsi vegetasi di bagian gunung yang lebih tinggi hingga ke puncak. Reinwardt sebetulnya juga menyebutkan, bahwa Horsfield telah mendaki gunung ini lebih dahulu daripadanya; akan tetapi catatan perjalanan Horsfield ini tidak dapat ditemukan.

Flora
Taman nasional ini terutama dikenal karena kekayaan flora hutan pegunungan yang dimilikinya. Sebagai gambaran, di seluruh wilayah CA Cibodas-Gede (kini bagian dari Taman Nasional), pada ketinggian 1.500 m dpl hingga ke puncak Gede dan Pangrango, tercatat tidak kurang dari 870 spesies tumbuhan berbunga dan 150 spesies paku-pakuan. Jenis-jenis anggrek tercatat hingga 200 spesies di seluruh Taman Nasional.

Van Steenis selanjutnya juga mencatat, dari 68 spesies tumbuhan pegunungan yang langka dan hanya diketahui keberadaannya di satu gunung saja di Jawa, 9 jenis di antaranya tercatat hanya dari Gunung Gede, dan 6 dari 9 jenis itu endemik Jawa.

Jenis edelweis jawa (Anaphalis javanica) yang tumbuh melimpah di Alun-alun Suryakancana sangat populer di kalangan pendaki gunung dan pecinta alam, sehingga dijadikan maskot taman nasional ini. Akan tetapi yang endemik Jawa dan agak jarang dijumpai sebetulnya adalah kerabat dekatnya, Anaphalis maxima[9]; di TNGGP hanya didapati di G. Pangrango dekat Kandang Badak[8]. Beberapa jenis endemik lain yang didapati di kawasan ini, di antaranya, sejenis uwi Dioscorea madiunensis; sejenis jernang Daemonorops rubra; pinang hijau Pinanga javana; sejenis kapulaga Amomum pseudofoetens; dan masih banyak lagi.

Fauna
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki kekayaan jenis hewan yang cukup tinggi, terutama di zona hutan pegunungan bawah. Beberapa jenisnya yang terhitung langka, endemik atau terancam kepunahan, di antaranya, adalah owa jawa (Hylobates moloch), lutung surili (Presbytis comata), anjing ajag (Cuon alpinus), macan tutul (Panthera pardus), biul slentek Melogale orientalis, sejenis celurut gunung Crocidura orientalis, kelelawar Glischropus javanus dan Otomops formosus, sejenis bajing terbang Hylopetes bartelsi, dua jenis tikus Kadarsanomys sodyi dan Pithecheir melanurus[10]. Beberapa jenis burung seperti elang jawa (Spizaetus bartelsi), serak bukit Phodilus badius, celepuk jawa Otus angelinae, cabak gunung Caprimulgus pulchellus, walet gunung Collocalia vulcanorum, pelatuk kundang Reinwardtipicus validus, ciung-mungkal jawa Cochoa azurea, anis hutan Zoothera andromedae, dan beberapa spesies lain. Sejenis ular pegunungan Pseudoxenodon inornatus yang jarang kemungkinan juga terdapat di sini[10]; juga beberapa jenis amfibia langka seperti katak merah (Leptophryne borbonica), dan sejenis sesilia Ichthyophis hypocyaneus.

Hewan-hewan lain yang acap dijumpai, di antaranya monyet kra (Macaca fascicularis), lutung budeng (Trachypithecus auratus), teledu sigung (Mydaus javanensis), tupai akar (Tupaia glis), tupai kekes (T. javanica), tikus babi (Hylomys suillus), jelarang hitam (Ratufa bicolor), bajing-tanah bergaris-tiga (Lariscus insignis), pelanduk jawa (Tragulus javanicus) dan lain-lain. Seluruhnya, lebih dari 100 jenis mamalia serta lk. 250 jenis burung.

 

Outline Itinerary
Day 1: Fly to Geneva.
Transfer to Chamonix. Overnight hotel.
Day 2: Acclimatisation climb from the valley.
Overnight hotel.
Day 3: Ascend to mountain hut – Torino Hut (3,375m).
Refresh ropework and ascent of Aiguille Marbrees (3,535m). Overnight hut.
Day 4: Ascent of the Aiguille d’Entreves (3,604m), then descend to valley.
Lunch/shower, then transfer to Geneva Airport and fly to UK. Overnight hotel.
Day 5: Fly to Bali.
Day 6: Arrive Bali.
Day 7: Gear check and rest day in Bali.
Day 8: Fly to Timika.
Day 9: Helicopter flight to Carstensz Pyramid base camp (4,050m).
Day 10: Rest day/acclimatisation in Base Camp.
Day 11: Climb Carstensz Pyramid.
The climb follows an intricate scrambling and rock climbing route up the North Face, utilising fixed ropes to safeguard you. Once you hit the ridge, three notches must be crossed, the first of which has an iron cable suspension ‘bridge’ across it. The views from the summit across the jungle of West Papua are quite spectacular. Descent is by the same route and involves abseiling. Summit day from base camp to base camp is typically a 14-hour round trip.
Day 12: Helicopter flight to Timika.
Day 13: Fly to Bali.
Day 14 – 15: Spare days.
In case of delays.
Day 16: Fly home.
PLEASE NOTE: Every effort will be made to keep to the above itinerary, but as this is Adventure Travel in a remote mountain region, we cannot guarantee it. Weather conditions, road conditions, vehicle breakdowns and the health of climbers can all contribute to changes. The expedition leader and our local agent will try to ensure that the trip runs according to plan, but an easy going nature will be an asset!.

Acclimatisation
Approximate altitude profile of Carstensz Pyramid:

  • Date :  15 January 2021
    Price : US$ 10.000,00
    Meeting Point :
    Ngurah Rai Airport, Bali, Indonesia

  • Date :  15 February 2021
    Price : US$ 10.000,00
    Meeting Point :
    Ngurah Rai Airport, Bali, Indonesia